walau tak kita kehendaki
tapi mesti terlanjur jua
dan kau parau sesengukan
“lihat diluar sana dik
anak anak tk itu berlari riang gembira
ingin ku tempeleng kepalanya
biar jera...
biar ia tak tertawa di depan kita
tak tahukah mereka kita sedang berduka.”
aku heran kau mencegatku
ku tatap kau dalam-dalam
kau pun membuka alasan
aku menatap kemana arah telunjuk kasar milik adikku
“ah cuma orang tua yang mengais sampah”kataku
“apakah kita pernah merasakan penderitaannya
apakah kita tau keluh kesahnya.
Jadi,bagaimana kita harus menuntut orang baik
sedang kita tak berbuat yang sama dengan mereka”
sekarang kamu bisa lebih dewasa dari aku
lebih bijaksana dari kakanda
dan,lebih punya etika dari abangmu ini
“dik,rasanya aku tak sanggup meninggalkanmu
walau cuma buat seminggu penuh”
aku juga gak bisa bang,tu katamu
sembari menatap kearah selangkanganku
ku jerat tubuhmu
dan ku lampiaskan untuk seminggu penuh.
sekarang aku rela dik,meninggalkanmu seminggu
tadi kau begitu hebat seminggu kau bungkus dalam satu adegan penuh
duh dik aku lunglai....”mataku redup karna capai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar